Umpasa ini memiliki beberapa fungsi, yang pertama sebagai sistem proyeksi. Artinya, ketika umpasa ini dituturkan, kelompok masyarakat yang menuturkan umpasa ini menciptakan sebuah proyeksi baru dalam pemikirannya atau hal yang ingin dicapainya. Si penutur umpasa mencita-citakan agar anaknya pintar dalam memilih pasangan hidup. Demikian pula dengan masyarakat pendukungnya. Hal ini ditunjukan oleh frasa langdong tonggoron rupa (jangan melihat kecantikan) yang tampak pada larik ketiga.
Yang kedua sebagai alat untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar dia dapat lebih superior daripada orang lain. Orang tua sebagai penutur umpasa yang berisi nasehat tersebut, memberikan suatu jalan agar anaknya lebih daripada orang lain yang lebih mengutamakan kecantikan daripada tingkah laku dalam memilih pasangan hidup.
Yang ketiga sebagai alat pendidikan anak. Dalam hal ini orang tua memberikan pengajaran kepada seorang anak laki-laki untuk mencari pasangan hidup. Sehingga anak tersebut memiliki pedoman hidup dalam mencari pendamping hidupnya.
Selain ketiga fungsi tersebut di atas, Paimin Napitupulu (2008:123) mengemukakan bahwa umpasa adakalanya penggunaan umpasa tersebut semata hanya untuk memperindah kata sambutan, namun tidak jarang juga umpasa tersebut digunakan untuk memperkuat sebuah argumentasi, tidak saja dalam hal adat, tetapi juga hal-hal lain yang cukup penting. misalnya dalam sebuah pembicaraan ringan mengenai pendamping hidup. Seseorang bisa menuturkan umpasa ini untuk memperkuat argumentasinya. Penuturan umpasa ini akan mempertegas bahwa dalam memilih pasangan hidup yang paling diutamakan adalah tingkah laku, bukan kecantikan semata.
Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi
Artikel Terkait (Skripsi)
No comments:
Post a Comment