Pada umpasa pernikahan II tersebut bahasa yang digunakan dibagi menjadi dua tingkatan bahasa. Yang pertama bahasa simbol. Yaitu, bahasa yang digunakan dalam umpasa pernikahan ini adalah bahasa simbol-simbol alam yang memiliki makna secara konotasi. hal ini dapat dilihat pada bagian sampiran berikut:
Uratni pogei purba
Toras hayu ampuspus
Frasa uratni pogei purba ‘akar jahe purba’ diumpamakan sebagai manusia yang memiliki umur yang panjang, sedangkan kata toras hayu ampuspus ‘teras kayu ampuspus” diumpamakan dengan kesuksesan yang didapat hingga lanjut usia, hingga memiliki anak dan cucu. Pilihan kata dengan menggunakan simbol-simbol alam tersebut memiliki kekuatan makna yang sangat kuat, dan erat dengan ciri kepuitisan bahasa yang terkandung didalamnya, dengan artian umpasa ini memiliki pemaknaan yang lebih dalam, dan teks tampak dan terdengar lebih indah.
Yang kedua, menggunakan bahasa biasa. Artinya, bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa komunikasi untuk kalangan masyarakat secara luas. hal ini untuk kelancaran proses komunikasi antara si penutur dengan kepada siapa umpasa itu dituturkan, dengan kata lain umpasa yang dituturkan dapat dengan mudah dipahami. hal ini dapat dilihat pada bagian isi berikut:
Sayur nasiam matua
Horas anak ipupus
Ragam bahasa yang digunakan dalam bagian isi umpasa ini lebih komunikatif, dibandingan umpasa pada bagian sampiran. Pada bagian sampiran pemilihan kata dan simbol-simbol alam lebih ketat, sedangkan pada bagian isi menggunakan bahasa biasa, yaitu bahasa sehari-hari yang dipergunakan masyarakat.
Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi
Artikel Terkait (Skripsi)
No comments:
Post a Comment