Friday, December 9, 2011

Simpulan Stuktur Teks Umpasa Sebagai Sastra Lisan

Umpasa pernikahan Simalungun adalah puisi rakyat yang berisi doa restu, yang jumlah lariknya selalu genap, yaitu antara empat larik sampai dua belas larik dalam satu bait, yang dituturkan saat upacara adat pernikahan di masyarakat Simalungun. Unsur-unsur pembentuk umpasa pernikahan Simalungun meliputi: formula sintaksis, formula bunyi (rima, asonansi dan aliterasi), formula irama, diksi, majas dan tema. Keseluruhan unsur-unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam membentuk komposisi teks umpasa pernikahan Simalungun.

Pembentukan umpasa sebagian besar didasarkan pada formula. Formula dalam umpasa pernikahan ditemukan formula satu kata. Formula satu kata meliputi formula satu kata dalam kalimat dan formula satu kata antar larik. Formula yang terdapat dalam analisis umpasa pada formula sintaksis adalah formula satu kata antar larik yang ditemukan pada umpasa pernikahan I dan umpasa pernikahan III.

Setiap umpasa pernikahan terdiri atas empat larik. Larik pertama dan kedua sebagai sampiran, larik ketiga dan keempat sebagai isi. Pembentukan kalimat-kalimat pada teks umpasa dibentuk oleh satu larik. kecendrungan pola fungsi subjek pada umpasa pernikahan Simalungun banyak yang dilesapkan. Artinya, pembentukan kalimat dengan pola fungsi subjek yang elips. Hal ini menjadikan kalimat-kalimat dalam umpasa secara keseluruhan banyak yang tidak lengkap.

Kategori yang paling sering muncul adalah kategori kata benda. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan sampiran yang didominasi oleh penggunaan simbol-simbol alam. Peran yang paling sering muncul adalah Pengenal. Hal ini dipengaruhi oleh kategori yang dominan muncul, yaitu kategori kata benda. Karena adanya suatu ciri yang khas dari suatu benda, yang menyebabkan benda itu mudah dikenal.

Unsur bunyi dalam umpasa meliputi rima, asonansi dan aliterasi. Kedua unsur ini menjadikan umpasa menjadi indah dan enak didengar. Selain rima, asonansi dan aliterasi yang langsung berkaitan dengan teks, terdapat juga formula irama yang berkaitan langsung dengan penuturan umpasa pernikahan. Maksudnya, dalam analisis irama tersebut dikaitkan dengan kebiasaan pola irama penutur, yaitu Raja parhata (pemuka adat) dalam menuturkan umpasa pernikahan tersebut.

Pada umpasa pernikahan ditemukan pasangan kata yang membentuk rima, bergantung pada bunyi yang mengakhirinya. Hal ini menjadikan umpasa pernikahan menjadi indah dan enak didengar. Umumnya pada teks umpasa pernikahan ditemukan rima bersilang pada kata terakhir setiap larik di akhir suku kata. Baris pertama berima dengan baris ketiga, sedangkan baris kedua berima dengan baris kempat.

Aliterasi yang paling sering muncul adalah konsonan /r/ bersuara getar, /n/ bersuara nasal, /p/ tidak bersuara, /s/ tidak bersuara dan /d/ bersuara letup. Konsonan-konsonan tersebut berkombinasi dengan vokal /a/, /i/, /u/, /e/ dan /o/. Asonansi yang paling sering muncul adalah bunyi vokal /a/ pada umpasa pernikahan II dan umpasa pernikahan III dan paduan bunyi vokal /o/ pada umpasa pernikahan I. Formula bunyi vokal /a/ dan /o/ menghasilkan bunyi pengucapan terasa ringan. Hal ini disebabkan bunyi-bunyi vokal tidak mengalami hambatan pada alat bicara. Selain itu pengulangan vokal tersebut juga menimbulkan efek pengingat yang sangat terasa pada setiap kata, larik dan keseluruhan larik, yang berpengaruh kepada si penutur dan si penerima tuturan. Artinya, dengan pengulangan vokal tersebut dapat mempermudah proses penghafalan dan proses penciptaan teks umpasa pernikahan.

Umpasa pernikahan selalu dituturkan dengan suara yang jelas. Artinya penutur umpasa tersebut memiliki artikulasi yang masih baik. Hal ini bertujuan agar si pendengar tuturan tersebut mudah memahami dan selalu mengingatnya. Penuturan umpasa pernikahan didominasi oleh nada-nada pendek (∩), dan diakhiri dengan nada-nada sedang (≥) pada setiap larik. Tinggi rendah nada dalam penuturan umpasa didominasi oleh nada-nada rendah (1) dan dibeberapa suku kata ditemukan penekanan (stressing) pada pelafalannya. Artinya, si penutur umpasa melafalkan teks umpasa dengan nada-nada tertentu yang mengidentifikasikan adanya penekanan pada suku kata-suku kata tersebut yang bertujuan untuk mempertegas makna.

Diksi yang digunakan dalam umpasa pernikahan dibagi menjadi dua tingkatan bahasa. Yang pertama bahasa simbol-simbol alam yang terdapat pada sampiran umpasa. Yang kedua menggunakan bahasa biasa yang terdapat pada bagian isi umpasa. Artinya, bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa komunikasi untuk kalangan masyarakat secara luas.

Majas yang terdapat dalam umpasa pernikahan umumnya adalah majas metafora dan repetisi. Akan tetapi majas yang paling dominan adalah majas metafora. Penggunaan majas metafora tersebut menandakan sebagai salah satu ciri kepuitisan teks umpasa pernikahan. karena isi teks atau nasehat kepada mempelai tidak hanya mengandung makna denotasi, tetapi juga mengandung makna konotasi yang lebih dalam.

Tema dalam umpasa pernikahan I, II, dan III pada umumnya berisi nasehat dan doa restu. Pada umpasa pernikahan I terdapat tiga motif yang membentuk tema umpasa tersebut. Motif tersebuat dalah sebagai berikut: 1) aktivitas manusia untuk memberikan nasehat, 2) keadaan atau situasi dalam memilih pasangan hidup 3) penggambaran ciri manusia dengan tumbuhan. Ketiga motif tersebut menghasilkan tema, yaitu teks yang berisi nasehat dalam memilih pasangan hidup, yang digambarkan dengan ciri tumbuhan.

Pada umpasa pernikahan II juga terdapat tiga motif yang membentuk tema. Motif tersebuat dalah sebagai berikut: 1) aktivitas manusia untuk menerima doa restu dari sesama manusia, 2) kokohnya akar dan teras batang tumbuhan 3) penjang umur dan kesuksesan manusia. Ketiga motif tersebut menghasilkan tema, yaitu teks yang berisi doa restu, panjang umur dan kesuksesan manusia yang diumpamakan dengan kokohnya akar dan teras batang tumbuhan.

Pada umpasa pernikahan III terdapat dua motif yang membentuk tema. Motif tersebut adalah sebagai berikut: 1) kekuatan alam (gaib) yang menyertai umpasa pernikahan, 2) aktivitas manusia yang berhubungan dengan pemberian doa restu. Kedua motif tersebut menghasilkan tema, yaitu teks yang memiliki kekuatan dari alam (gaib) yang berkaitan dengan aktivitas manusia dengan tujuan tertentu, yaitu memberi doa restu.

Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi

Artikel Terkait (Skripsi)

No comments:

Post a Comment