Puisi adalah karya sastra padat yang sangat hemat dalam penggunaan kata-kata. Kekuatannya terletak pada kata-kata yang dipilih, dengan prinsip sedikit kata tapi banyak makna. Dengan kata lain, bisa disimpulkan bahwa puisi adalah karangan yang terikat oleh pemilihan diksi, rima dan suku kata dengan bentuk yang berangkap.
Karakter puisi yang seperti ini, mengharuskan penulis atau pengarangnya memiliki pemikiran yang dalam, dengan sensitifitas perasaan yang tinggi. Di samping kedalaman makna, dalam puisi juga terkandung keindahan kata. Dalam masyarakat Melayu, konsep keindahan tersebut biasanya berkaitan dengan unsur kekaguman pada alam, makna yang bersifat oposisi biner (seperti tinggi-rendah) ataupun pelbagai perasaan dalam menjalani kehidupan (seperti suka-duka).
Selain itu, keindahan juga dipengaruhi oleh kesamaan bunyi dalam bahasa itu sendiri (seperti ubi dengan budi; talas dengan balas). Unsur alam, persamaan dan pertentangan makna, pengalaman hidup dan kesamaan bunyi inilah yang membentuk konsep keindahan di mata orang Melayu. Berkaitan dengan unsur alam, contoh-contoh berikut menunjukkan jelasnya pengaruh tersebut dalam perkembangan puisi Melayu lama, di antaranya: keindahan rambut perempuan dianalogikan dengan mayang terurai, dagunya bak lebah bergantung dan matanya bagai bintang timur. Contoh-contoh lain yang berkaitan dengan persamaan dan pertentangan makna, pelbagai ungkapan perasaan dan kesamaan bunyi sangat banyak terdapat dalam puisi Melayu lama.
Pertumbuhan puisi dimulai dari ungkapan dengan susunan kata dan makna estetis yang sederhana, seperti: ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Seiring perkembangan, susunan kata dan makna estetisnya semakin dalam dan rumit. Dalam kehidupan sehari-hari, puisi tersebut diciptakan dan berkembang bukan sekedar untuk hiburan, tapi juga sebagai alat pengajaran dan alat berkomunikasi, baik secara umum maupun khusus untuk ritual keagamaan dan upacara adat (Dirangkum Ferdinaen Saragih, Perkuliahan).
Artikel Sastra Lainnya
No comments:
Post a Comment